Saturday, October 17, 2015

Kemerdekaan Agama, Toleransi, dan Radikalisme di Indonesia

Institut Leimena pimpinan Jakob Tobing sangat bergiat mengadakan berbagai pertemuan, diskusi, dialog, simposium, dan yang sejenis itu tentang masalah-masalah yang berakaitan dengan agama, kebudayaan, pilantropi, dan sebagainya. Institut ini punya jaringan luas dengan lembaga-lembaga luar negeri, khususnya Amerika Serikat. Saya sering diundang untuk berbicara dalam forum institut ini.
Demikianlah pada 4 Oktober 2015, bertempat di Hotel Phoenix Yogyakarta, diadakan dialog dengan topik: “Indonesia’s Civilizational Heritage: Assett to Promote Religious Freedom and Tolerance, and to Counter Religious Radicalism” (Warisan Peradaban Indonesia: Aset untuk Mengembangkan Kemerdekaan Agama, Toleransi, dan untuk Menjawab Radikalisme Agama). Pengantar dialog diberikan oleh Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X dengan pembicara Romo Prof. Dr. Barnadus Soebroto Mardiatmadja, S.J. (Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara), Prof. DR. M. Amin Abdullah (UIN Sunankalijaga), dan saya sendiri. Enam penanggap dari Amerika Serikat dengan berbagai profesi adalah: David Melilli, Darrellyn Melilli, Howard F. Ahmanson, Roberta G. Ahmanson, Paul Marshall, dan Ralph D. Veerman.
Diskusi terbatas di atas cukup intensif yang juga dihadiri oleh beberapa peserta lain dari Indonesia. Berikut ini adalah terjemahan bebas dari makalah yang saya sampaikan dengan sedikit perubahan di sana-sini:

Untuk berbicara tentang kemerdekaan agama dan toleransi dalam peta agama-kultural di Indonesia, kita perlu melacak sedikit latar belakang sejarah keagamaan yang meliputi era Hindu-Buda, Islam, Kristen, sampai masa sekarang. Dengan pengatahuan yang sedikit memadai kita akan tahu bahwa masalah kemerdekaan agama dan toleransi ternyata punya suatu raison de’tre (alasan keberadaan) yang kuat sekali dalam kehidupan bangsa ini.

Adalah penyair-filosuf Majapahit Mpu Tantular yang membuat formulasi penting tentang kemerdekaan agama dan toleransi sebagai fondasi filosofis Kerajaan Besar Hindu Majapahit (1293-1520) yang terletak di Jawa Timur itu. Frasa Bhinnêka tunggal ika (secara harfiah bermakna “sekalipun beraneka, tetapi Satu”) berasal dari pengarang Jawa kuno itu. Terjemahan modern dalam bahasa Indonesia adalah “Persatuan dalam Keberagaman” (Unity in Diversity), yang telah ditetapkan sebagai sasanti dan motto nasional resmi negara ini.

Sekalipun Mpu Tantular seorang penganut agama Budha, elite Majapahit sangat menghormatinya. Berikut ini adalah kutipan terjemahan dari Kakawin Sutasoma karya Tantular di dalamnya ungkapan Bhinnêka itu ditemukan, yaitu dalam canto 139 bait 5:

Disebutkan bahwa Budha yang kesohor dan Syiwa adalah dua hakekat yang berbeda. Memang berbeda, tetapi mana mungkin untuk mengenal perbedaannya sambil lalu, karena kebenaran Jina (Budha) dan kebenaran Syiwa adalah tunggal.
Benar keduanya berbeda, tetapi sama jenisnya, sebagaimana tidak ada dualitas dalam Kebenaran (Dharma).
Bait terakhir ini adalah terjemahan dari ungkapan bahasa Jawa kuno yang berbunyi: “Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.” (Lih. Soewito Santoso, Sutasoma, a Study in Old Javanese Wajrayana. New Delhi: International Academy of Culture, 1975, hlm. 578).

Doktrin Kebenaran Tunggal membuka pintu lebar-lebar bagi orang untuk memahami dan melihat masing-masing agama dari sisi dan perspektif yang berbeda. Hal ini hanya mungkin jika orang punya minda dan hati yang terbuka untuk berbagi dengan orang lain. Sikap mau memonopoli kebenaran adalah hambatan nyata untuk berbagi dengan berbagai aliran keagamaan yang ada. Peperangan yang meledak antara pemeluk agama harus dilihat dari sisi sikap yang mau menang sendiri ini.

Dan, situasi akan semakin memburuk serta berbahaya pada saat politisi menyalahgunakan agama untuk tujuan-tujuan pragmatisnya sendiri. Selama sikap semacam ini berlanjut di kalangan mereka yang juga menyebut dirinya sebagai pemeluk agama, tidak ada harapan bahwa perdamaian akan terwujud.

Dengan frasa Bhinneka Tunggal Ika, Mpu Tantular sebenarnya ingin menyaksikan bahwa antara penganut Hindu (khususnya Syiwa) dan penganut Buddha dapat membina hidup bersama dengan damai dan serasi dalam kerajaan itu.

Bilamana pada akhirnya Kerajaan Majapahit runtuh, bukanlah disebabkan oleh konflik agama antara penganut Hindu dan penganut Buddha, melainkan menurut catatan sarjana Prancis Coedes karena sebab-sebab berikut. Pertama, munculnya Malaka sebagai pusat perdagangan dan sebuah awal penyebaran Islam.

Kedua, pecahnya perang suksesi di kalangan elite puncak Majapahit. Dan, ketiga, adanya upaya Cina di bawah pimpinan Kaisar Yung Lo untuk mengambil alih posisi Jawa sebagai yang dipertuan di nusantara dan di semenanjung. (Lih. G Coedes, The Indianized States of Southeast Asia, ed Oleh Walter F Vella, terj. Oleh Susan Brown Cowing. Honolulu: East-West Center Press, 1968, hlm 241).

Sekalipun Kerajaan Majapahit telah masuk ke museum sejarah, Bhinneka Tunggal Ika rumusan Mpu Tantular bertahan sampai hari ini di Indonesia, sebagaimana telah disebut di atas. Tidak ada masalah dalam menerima ciptaan sastrawan Buddha ini.

Kenyataannya, seluruh rakyat Indonesia telah menerima sasanti Bhinneka Tunggal Ika sebagai warisan sejarahnya sendiri, sesuatu yang amat penting bagi pengembangan iklim kemerdekaan agama, harmoni sosial, dan toleransi di negeri ini.

Kemudian, kita tengok pula kehadiran Islam dan agama Kristen di kepulauan ini beberapa abad silam. Saat kedatangan kedua agama ini, akar-akar sosiokultural Hindu-Buddha masih sangat kuat, dan bahkan perilaku rakyat umum masih dipengaruhi oleh nilai-nilai agama kosmopolitan asal India ini.

Diperlukan waktu beberapa abad bagi Islam dan Kristen untuk menggantikan posisi dominan Hinduisme dan Buddhisme di nusantara. Islam, khususnya, sejak abad ke-17, telah tampil sebagai agama yang sangat berpengaruh di kawasan ini. Keberhasilan besarnya bukan diraih melalui peperangan, melainkan “melalui perembesan damai, toleran, dan bersifat membangun” (penetration pacifique, tolerant, et constructive), sebagai disimpulkan oleh Yosselin de Yong.

Berdasarkan gejala sosial ini, watak utama Islam Indonesia dengan sendirinya bersifat damai dan toleran, sampai suatu ketika belum lama ini muncul kelompok sempalan kecil dengan topangan ideologi radikal dari luar negeri sebagai filsafat politik yang dianutnya untuk melakukan tindakan-tindakan brutal dan kejam. Dalam kasus semacam ini, agama pastilah merupakan bahaya dan kutukan bagi kehidupan manusia.

Kemudian, kita lihat pula agama Kristen dan persandingannya dengan Islam dalam masalah toleransi dan perdamaian. Dengan mengesampingkan sisi imperialistik dari penganut Kristen Eropa, agama Kristen sendiri adalah agama perdamaian, toleransi, dan harmoni.

Pernyataan Yesus dalam Bibel berikut ini, “Anda telah dengar dan dikatakan bahwa 'Kamu harus mencintai tetanggamu dan membenci musuhmu'. Tetapi aku katakan kepadamu, 'Cintailah musuhmu, sayangilah orang yang mengutukmu, berbuat baiklah kepada orang yang membencimu, dan doakanlah mereka yang memanfaatkanmu dengan dengki dan yang menganiayamu'.” (Matteus 5:43-44) adalah salah satu bukti teologis bahwa agama Kristen pada dasarnya adalah sebuah agama kasih dan damai.

Sama halnya dengan Islam. Islam menurut definisi berarti damai dan sikap penyerahan diri secara total kepada Tuhan. Alquran sebagai sumber utama Islam dalam sebuah ayat menegaskan, “Tidak ada paksaan dalam beragama.” (QS al-Baqarah [2]: 256). Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada satu pun Kitab Suci sepanjang sejarah peradaban manusia yang demikian gamblang membela prinsip kebebasan beragama.











sumber : www.republika.co.id


PEMUDA MUHAMMADIYAH DAN POLITIK



Memasuki usianya yang lebih dari 100 tahun muhammadiyah seyogyanya telah menghasilkan kader umat dan bangsa yang begitu banyak. Dalam mengarungi zaman global di abad kedua ini Muhammadiyah seharusnya lebih sigap dan tidak hanya bekerja di balik layar. Muhammadiyah memiliki begitu banyak ortom dan amal usaha yang pastilah di dalamnya terdapat kader-kader hebat yang seharusnya mampu membangun bangsa. Namun nyatanya ortom yang ada justru cenderung kurang memberi jalan yang pasti bagi kader-kadernya untuk maju dan menduduki posisi-posisi strategis baik dalam dunia politik maupun intelektual.

Muhammadiyah sebagai organisasi amal ma’ruf nahi munkar seringkali terjerumus pada sikap dasar muhammadiyah yang tidak berpolitik. Sikap muhammadiyah yang tidak berpolitik ini khususnya pada politik praktis, dimana muhammadiyah tidak berafiliasi pada suatu partai politik tertentu. Hal inilah yang mengakibatkan kader-kader muhammadiyah menjadi enggan untuk terjun langsung ke dunia politik. padahal kunci utama untuk membenahi bangsa ini terletak pada sistem politiknya. ketika sistem politik membaik dengan para pelakunya yang baik, tentulah akan membaik pula bangsa ini. Untuk itulah muhammadiyah perlu maju ke gardu terdepan dengan mendorong dan memfasilitasi kadernya turun tangan dalam dunia perpolitikan Indonesia.

Para generasi muda muhammadiyah harus aktif dan mulai berdiaspora ke post-post penting negeri ini. Bukan hanya pada ranah pendidikan, kesehatan namun juga ranah hukum dan politik. Muhamadiayah harus lebih menfasilitasi gerak para generasi mudanya untuk dapat menyalurkat potensi-potensinya. Muhammadiyah harus mulai percaya dan berani mempromosikan kader-kader terbaiknya untuk maju dan duduk di kursi-kursi penting negri ini. Sudah bukan lagi hanya menonton dan bekerja di balik layar. Dalam kondisi tertentu para bapak-bapak kita yang sudah duduk di atas sana perlulah terus mengangkat dan mempromosikan generasi muda muhammadiyah. Muhammadiyah hari ini harus tampil berbeda dengan tidak lagi terlalu tawadhu dan berpangku tangan terhadap putusan pemerintah yang diisi oleh sumber daya manusia yang kurang kredibel. Muhammadiyah perlu memberikan daya tawar lebih terhadap posisi penting di dunia pemerintahan.

Muhammadiyah tidak akan mampu secara maksimal ikut serta dalam membangun bangsa ini jika hanya berdiri dan berperan dalam ruang lingkupnya sendiri. Para kader muhammadiyah harus keluar dari lingkungannya, berperan aktif dan langsung turun dalam dunia perpolitikan negri ini guna membangun bangsa. Meski muhammadiyah memiliki banyak sekolah-sekolah guna turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, Muhammadiyah juga harus ikut ambil andil dan masuk dalam pendidikan nasional yang dapat di tempuh dengan jalur politik. muhammadiyah juga harus masuk ke berbagai sektor lainnya demi terlaksananya pembangunan bangsa.


Alia Rizqi Oktaviana


sumber: pakdheharis.blogspot.com

Wednesday, October 14, 2015

[ Bekal Masa Depan ]


"Dan janganlah kamu menikahi seorang perempuan musyrik. Sungguh seorang budak perempuan yang mukmin lebih baik untuk dinikahi daripada seorang perempuan musyrik walaupun perempuan musyrik itu membuatmu takjub/tertarik. Dan janganlah kamu menikahkan seorang wanita muslim dengan laki-laki musyrik. Karena sungguh, budak laki-laki yang mukmin lebih baik untuk dinikahi daripada seorang laki-laki musyrik walaupun laki-laki musyrik itu membuatmu takjub/tertarik. Laki-laki dan perempuan musyrik itu mengajakmu kepada neraka dan Allah mengajakmu kepada syurga dan ampunan dengan izinnya. Dan Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengingat".
(Q.S Al-Baqarah (2) : 221)
"Janganlah kamu menikahi seorang perempuan karena indah rupanya. Maka mungkin keindahan rupanya yang akan menjerumuskannya dalam kenistaan. Dan janganlah kamu nikahi mereka karena harta mereka. Maka mungkin harta mereka itulah yang menyebabkan mereka lalai. Dan nikahilah mereka karena agama mereka. Dan sungguh seorang budak perempuan berkulit hitam legam dan ia tidak bisa diandalkan namun ia memiliki agama yang ia pegang teguh, maka itu lebih baik bagimu untuk kamu nikahi".
(HR. Ibnu Majah dari Ibnu Umar r.a)
"Nikahilah seorang perempuan atas dasar empat perkara: Hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka prioritaskanlah agamanya, maka engkau akan bahagia lagi beruntung"
(HR. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah r.a)

oleh : Farhan Aji Dharma

Sahabatku

Tahun baru yang tetap sama, Sahabatku
Seperti tahun-tahun lalu
Masih semu, pula tertutup kelambu-kelambu nafsu
Syahwat-syahwat jahat, kian erat saja mencengkeram dirimu
Leluasa sekali mengobrak-abrik pelataran hati dan akalmu
Dan umurmu, habis digerus waktu
Dan ibadahmu, habis ditukar nafsu
Taqwamu selayak debu
Warnanya tak jelas, abu-abu
Timbul tenggelam
Bahkan kau sendiri ragu menakar kuantitas bahkan kualitasnya
Shalatmu buruk
Muamalahmu busuk
Jauh sekali dari kata khusyuk
Qur'anmu kau simpan
Tilawahmu hilang perlahan
Lagu-lagu sampah kau telan
----------------------
Sahabatku, tak lelahkah kau caci kawanmu?
Kau maki sejawatmu?
Bukan karena dia pantas dicaci?
Tapi lebih karena dia sejak dulu kau benci?
Kau tuding kawanmu salah
Tapi kau maklumi dirimu sendiri dan kau berkilah
Kau anggap kawanmu tak bisa diatur
Hidupmu sendiri ngelantur
Tak perlu menipu Tuhan, Sahabatku
Tuhan tak bisa kau tipu
Tak usah bersandiwara
Tuhan tak suka sandiwara
------------------------
Sahabatku, umurmu kapan berhenti kau juga tak mengerti
Jangan pandir!
Sudah buta, tutup mata
Sudah tuli, tutup telinga
Sudah bisu, kau tutup mulutmu juga
Kau bukan manusia sempurna, Sahabatku
Dan sejatinya, tiada yang sempurna kecuali Rabb-mu
-----------------------
Sahabatku
Lebih tundukan kepalamu
Ratapi dosamu
Himpun amalmu
Jangan berkacak pinggang layaknya syurga sudah kau tapaki
Sahabatku, Nabi-mu itu terjamin masuk syurga
Tapi sungguh malamnya penuh munajat
Harinya penuh meratap
Istighfarnya ribuan kali
Sujudnya lama sekali
Rajin mengemis kasih Sang Maha Pengasih
Kau sendiri?
Selamat Tahun Baru, Sahabatku.

oleh : Farhan Aji Dharma
-------
Dalam selimut pagi Jogjakarta, 01 Muharram 1437 Hijriyah.

Monday, October 5, 2015

STRUKTUR DPP IKMAMMM

STRUKTUR KEPENGURUSAN
DPP IKMAMMM
PERIODE 2014 - 2015

Ketua                                   :               Muhammad Majid Himawan
Wakil Ketua                         :               Velandani Prakoso
Sekretaris                             :               Odik Nawar Ardiansyah
Wakil Sekretaris                  :               Annisa Mina Ramadhani
Bendahara                            :               Lufki Laila N. H
Wakil Bendahara                 :               Zahidah Alvi Qonita

Ketua Bidang Almamater  dan
Perkaderan                                        :               Baihaqi Fadhlil Wafi
                                                                                Awwab Hafidz A.F.
                                                                                Sahran Hasdiq
                                                                                M Hasnan Nahar
                                                                                Nur Amaliya Walidayni
                    Adli Zuliansyah Putra
                    M Umam Bachtiar
                                                                                Anita Surya M
Ketua Bidang Hikmah dan
Kajian Isu                                             :              Abby Rizky Rasyid Mukti
                                                                                M Ikhsan jati Kusuma
                                                                                M Abduh Zulfikar
                                                                                M. Faris Milzam
                    Rayi Rochim Asmara
                    Alia Oktaviani
                    M Iqbal F
                    Adin Fikri

Bidang Sosial Kemasyarakatan   :               Ahmad Zulmiyardi Pradana
                                                                                M Daud Ramadhan
                                                                                Ayu Nurmala
                                                                                Septiana Irma Suryani
                                                                                Muhammad Firdaus
                                                                                Neisha Prabandari
                                                                                Amalia Indah F
                                                                                Sidiq Wahyu O
Bidang Keilmuan                              :               Rijal Alam
                                                                                Zidnii Ilmaa Nafi’a
                                                                                Sadida Inani
                                                                                Syifania Salsabila
                                                                                Ihda Rufaida Nahar
Lembaga Humas dan Media        :                    Al Mufti
                                                                                Novita Winda Ningrum

                                               
Koprs Fasilitator                                :               Fukkar Al Wathoni
                                                                                Innani Mar’atus Salihah
                                                                                Riski Mahendra
                                                                                Nurisa Fikriyani Latifah
                                                                                Tri Sofyan Destiana Putra
                                                                                Anisa Nur Fitriana
                                                                                Gustav Bima Pambudi
                                                                                Mutia Afifah
                                                                                Sandi Riyanto
                                                                                Arina Nidaul Haq
                                                                                Himmatun Nafida

sejarah IKMAMMM

IKMAMMM adalah singkatan dari (Ikatan Keluarga Mahasiswa Abiturien Mu'allimin Mu'allimaat Muhammadiyah) merupakan sebuah organisasi wadah bagi alumni/alum dari  Madrasah Mu'allimin dan Mu'allimaat. menurut data yang tertera dalam AD/ART IKMAMMM terbentuk pada tanggal 14 Maret 1962 di Yogyakarta.
Aktualisasi gerak IKMAMMM sendiri terbagi dalam ranah dakwah, kemanusiaan, serta keilmuan. sistematika keorganisasian IKMAMMM tersegmentasi menjadi IKMAMMM kampus (perkumpulan di kampus tertentu), IKMAMMM daerah (berdasarkan teritorial wilayah ), dan yang terakir IKAMMMM angkatan (berdasarkan angktan kelulusan). dan dari semua segmentasi tersebut dibawahi oleh Dewan Pimpinan Pusat IKMAMMM yang menjadi koordinator serta penentu kebijakan. pusat nya terletak di kota yogyakarta dan pada periode 2014/- di pimpin oleh Ketum Muhammad Majid Himawan (alumni th 2010) Sekum Odik Nawar A (alumni th 2010) dan dibantu oleh jajarannya dari lintas angkatan.